Senin, 16 Januari 2017

Kesalahan siapa yang seharusnya dimaklumi? Orang Kaya atau Orang Baik?

Sedari kecil saya diajari bahwa orang salah itu salah, dijelaskan dimana kesalahannya, dimaafkan, namun tetap harus menerima hukuman atas kesalahannya. Nenek saya ('Ma) dari garis mama adalah salah satu wanita yang paling tegas yang saya kenal. Dia tidak pernah membela yang salah, selalu ditegur bila melihat hal yang tidak beres, melihat konsekuensinya dan menghukum kami para cucunya bila melakukan kesalahan. (Ingat saya bahkan hewan peliharaan pun takut dan segan dengan beliau).

Nenek saya tidak pernah menghukum yang salah, kalau ada diantara kami yang mengganggu orang lain, pasti akan kena marah, kalau dua orang cucu berkelahi, dua-duanya dihukum karena yang memancing dan dipancing dua-duanya salah. Kalau ada cucu laki-laki yang memukul cucu perempuan, hukumannya lebih berat lagi :). Mendekati Imlek saya selalu ingat ketika hari pertama kita harus datang, mencium pipi kiri dan kanan serta dahinya 'ma. Terus dia akan mendoakan kami satu persatu sebelum memberikan angpao, walaupun ketika kecil, kami lebih suka angpao-nya daripada doa-nya. Hehehe :D

Nah, beberapa saat lalu saya tergelitik ketika mendengar sebuah kisah seorang pelajar miskin yang kembali untuk membangun desanya. Pelajar ini sangat pintar, dan dia kembali ke desanya dengan cita-cita yang mulia untuk membangun desanya. Diwaktu yang sama, seorang anak kaya juga selesai sekolahnya dan pulang ke desanya untuk mengambil alih usaha keluarganya (alih alih sebenarnya ingin berfoya-foya dengan kekayaan timbunan orang tuanya). Disaat yang sama, desa sedang paceklik. Mereka kekurangan air yang sayangnya sangat dibutuhkan untuk mengairi kebun dan sawah masyarakat desa. Dua orang sarjana ini diminta pendapatnya untuk menyelesaikan masalah. Sarjana pertama adalah si pelajar yang pintar namun miskin. Dia memaparkan untuk membangun saluran air dan bla...bla...bla... yang efeknya akan menjadi jangka panjang. Sedangkan si sarjana anak orang kaya memberikan informasi yang membingungkan dan tidak jelas intinya tiada satupun yang memahami apa yang dia jelaskan. Namun dia kaya, artinya kata-katanya lebih penting bagi para penduduk desa (yang sedang berusaha menjilatnya).

Singkat cerita, kata-kata si anak kayalah yang diterima. Sehingga si pelajar yang merasa kecewa pergi ke kota untuk merantau dan mencari jalannya sendiri. Ide, ilmu serta kepintarannya tidak dibutuhkan didesanya, hanya karena dia miskin. Sekian tahun kemudian dia kembali. Kali ini dengan mobil mewah serta uang yang banyak didompetnya. Dia membuat bangunan megah untuk orang tuanya dan dia berdoa dikuil keluarga. Seketika kedatangannya membawa kehebohan sendiri dan banyak tetua yang mengundangnya untuk menghadiri pertemuan desa. Ternyata, kali ini masalahnya masih sama, yaitu paceklik yang melanda desanya dan beberapa desa tetangga. Si pelajar yang sudah menjadi kaya ini penasaran apakah memang benar hanya uang yang dilihat oleh para tetua dan masyarakat desanya, sehingga dia bersiasat dengan memberikan ide yang paling ngawur untuk mengatasi paceklik. Dan ternyata para tetua dan masyarakat desanya terdiam, saling toleh kemudian bertepuk tangan tanda setuju. Kembali mereka memilih idenya karena kali ini dia lebih kaya daripada si sarjana abal-abal yang tadinya anak orang terkaya didesa mereka.

So, apakah orang kaya boleh melakukan kesalahan? Bagaimana kalau orang baik yang melakukan kesalahan? Bagi saya pribadi salah itu salah. Siapapun yang melakukannya, kesalahan itu tetaplah menjadi sebuah kesalahan. Namun karena kita adalah manusia yang memiliki hati nurani, maka kesalahan itu dibedakan menjadi banyak tingkatan. Bukankah Tuhan juga membuat Neraka yang bertingkat untuk berbagai kesalahan yang diperbuat?

Sejak ribuan tahun yang lalu, yang dijadikan tiang pegangan adalah peraturan yang disepakati menurut adat, kultur budaya serta norma didalam masyarakat. Abad ke-17 sebelum Masehi, Raja Hammurabi yang merupakan Raja Babilonia yang ke-6 (atau ke-7) seingat saya, telah membuat prasasti peraturan yang menjadi hukum di kerajaannya. Dan sejak saat itu, tata aturanlah yang menjadi tongkat sebuah hukuman yang menjadi bagian dari penegakan aturan dilakukan. Seringkali kita yang merasa pernah berbuat "baik" berharap dimaklumi dalam kesalahan yang kita buat. Dan menjadi tersinggung bila kesalahan kita diangkat ke permukaan. Wajarkah demikian?

Sebaik-baiknya manusia pastilah pernah melakukan kesalahan. Dan bila kesalahan itu merugikam orang/pihak lain, maka kita harus mau menerima kritikan bahkan hukuman atas perilaku tersebut, walaupun demikian, seringkali orang baik dianggap khilaf dalam melakukan kesalahannya sehingga lebih dapat dimaklumi. Demikian dengan orang yang berduit, uang tidak menyelesaikan semua masalah, termasuk dalam berbuat kesalahan. Namun kadang uang membantu bila terjadi kerugian materi. Tetapi ini tetap tidak dapat dibenarkan bila hanya karena uang maka dimaklumi saja kesalahannya. Dan seringkali dalam sebuah perihal ganti rugi, kerugian diganti dengan materil dan moril yang diakibatkan oleh kerugian tersebut. Dan kerugian moril yang ditimbulkan bisa jadi tidak mampu dinilai dengan uang.

Kalau begitu saya memilih yang bagaimana? Saya memilih membenarkan orang yang benar. Dalam keseharian kita, seringkali kita bertemu dengan manusia lainnya. Dan bila kita diberikan tanggung jawab dalam suatu hal tertentu, khususnya sebagai pimpinan dari suatu hal, gesekan dan permasalahan pasti selalu terjadi. Orang yang baik adalah orang yang memberitahukan letak kesalahan orang lain dan memastikan bahwa orang tersebut paham dan tau cara yang benarnya bagaimana. Bila kita membiarkan/mendiamkannya, maka kita akan mempengaruhi keseluruhan organisasi yang sudah berusaha melakukan semua hal dengan benar. Orang baik dan orang yang berduit (menghasilkan duit) belum tentu selalu benar, kecuali mereka memang melakukan hal yang benar. Kebijakan kita mungkin tidak populis dan bisa jadi menimbulkan ketidakpuasan. Namun selama itu adalah kebenaran yang sudah dibuktikan sendiri, Tuhan akan menyertai kita mendapatkan kebaikan dalam menjalankan kebenaran.

Pintu maaf harus selalu dibuka oleh setiap manusia kepada siapapun. Karena semua manusia pasti masih bisa melakukan kesalahan. Namun ini bukan berarti bahwa setelah dimaafkan, posisi yang termaafkan akam tetap sama didalam hati dan pikiran kita. Apalagi bila hal ini menyangkut kerugian bagi pihak lain atau menyalahi aturan atau sesuatu yang bernilai fatal. Tidak ada satupun manusia yang kebal dari aturan, ini akan menjadi tidak adil bagi manusia lainnya. Sehingga si pemohon maaf harus menyadari pula konsekuensinya sebelum dia melakukan kesalahan. Karena kesalahan itu terjadi hanya karena dua hal, yang pertama adalah dia tidak tahu apa yang dilakukan dan yang kedua adalah salah dalam melakukannya. Bila kedua hal ini sudah dijelaskan dan masih melakukan kesalahan, maka itu berarti pihak yang melakukan kesalahan lalai dan menyepelekan hal tersebut.

Saya percaya semua manusia bisa melakukan semua hal, yang dipertanyakan adalah kemauannya. Kalau dia serius mau, maka kesalahan itu akan terjadi dalam angka yang minimal. Bukam berulang-ulang dan rutin terjadi. Semoga setiap manusia menyadari hakikat kehidupannya, bahwa mereka adalah bagian dari puzzle manusia lainnya. Dan bila mereka memutuskan untuk seenaknya, maka kerugian akan terjadi dipihak lainnya yang bisa jadi selain tidak diharapkan, juga bila kepekaannya kurang, maka tidak akan disadari olehnya.

Semua manusia bisa merasa benar, tapi tanyakan kepada diri masing-masing apakah sudah benar-benar "benar" apa yang kita lalukan? Ataukah hanya karena menuruti hal yang tidak sepantasnya diikuti. Semoga berkah berlimpah dalam setiap jalan yang kita lalui setiap harinya, semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Gorontalo, 16 Jan 2017
Irfan utamin

Kesalahan siapa yang seharusnya dimaklumi? Orang Kaya atau Orang Baik?

Sedari kecil saya diajari bahwa orang salah itu salah, dijelaskan dimana kesalahannya, dimaafkan, namun tetap harus menerima hukuman atas kesalahannya. Nenek saya ('Ma) dari garis mama adalah salah satu wanita yang paling tegas yang saya kenal. Dia tidak pernah membela yang salah, selalu ditegur bila melihat hal yang tidak beres, melihat konsekuensinya dan menghukum kami para cucunya bila melakukan kesalahan. (Ingat saya bahkan hewan peliharaan pun takut dan segan dengan beliau).

Nenek saya tidak pernah menghukum yang salah, kalau ada diantara kami yang mengganggu orang lain, pasti akan kena marah, kalau dua orang cucu berkelahi, dua-duanya dihukum karena yang memancing dan dipancing dua-duanya salah. Kalau ada cucu laki-laki yang memukul cucu perempuan, hukumannya lebih berat lagi :). Mendekati Imlek saya selalu ingat ketika hari pertama kita harus datang, mencium pipi kiri dan kanan serta dahinya 'ma. Terus dia akan mendoakan kami satu persatu sebelum memberikan angpao, walaupun ketika kecil, kami lebih suka angpao-nya daripada doa-nya. Hehehe :D

Nah, beberapa saat lalu saya tergelitik ketika mendengar sebuah kisah seorang pelajar miskin yang kembali untuk membangun desanya. Pelajar ini sangat pintar, dan dia kembali ke desanya dengan cita-cita yang mulia untuk membangun desanya. Diwaktu yang sama, seorang anak kaya juga selesai sekolahnya dan pulang ke desanya untuk mengambil alih usaha keluarganya (alih alih sebenarnya ingin berfoya-foya dengan kekayaan timbunan orang tuanya). Disaat yang sama, desa sedang paceklik. Mereka kekurangan air yang sayangnya sangat dibutuhkan untuk mengairi kebun dan sawah masyarakat desa. Dua orang sarjana ini diminta pendapatnya untuk menyelesaikan masalah. Sarjana pertama adalah si pelajar yang pintar namun miskin. Dia memaparkan untuk membangun saluran air dan bla...bla...bla... yang efeknya akan menjadi jangka panjang. Sedangkan si sarjana anak orang kaya memberikan informasi yang membingungkan dan tidak jelas intinya tiada satupun yang memahami apa yang dia jelaskan. Namun dia kaya, artinya kata-katanya lebih penting bagi para penduduk desa (yang sedang berusaha menjilatnya).

Singkat cerita, kata-kata si anak kayalah yang diterima. Sehingga si pelajar yang merasa kecewa pergi ke kota untuk merantau dan mencari jalannya sendiri. Ide, ilmu serta kepintarannya tidak dibutuhkan didesanya, hanya karena dia miskin. Sekian tahun kemudian dia kembali. Kali ini dengan mobil mewah serta uang yang banyak didompetnya. Dia membuat bangunan megah untuk orang tuanya dan dia berdoa dikuil keluarga. Seketika kedatangannya membawa kehebohan sendiri dan banyak tetua yang mengundangnya untuk menghadiri pertemuan desa. Ternyata, kali ini masalahnya masih sama, yaitu paceklik yang melanda desanya dan beberapa desa tetangga. Si pelajar yang sudah menjadi kaya ini penasaran apakah memang benar hanya uang yang dilihat oleh para tetua dan masyarakat desanya, sehingga dia bersiasat dengan memberikan ide yang paling ngawur untuk mengatasi paceklik. Dan ternyata para tetua dan masyarakat desanya terdiam, saling toleh kemudian bertepuk tangan tanda setuju. Kembali mereka memilih idenya karena kali ini dia lebih kaya daripada si sarjana abal-abal yang tadinya anak orang terkaya didesa mereka.

So, apakah orang kaya boleh melakukan kesalahan? Bagaimana kalau orang baik yang melakukan kesalahan? Bagi saya pribadi salah itu salah. Siapapun yang melakukannya, kesalahan itu tetaplah menjadi sebuah kesalahan. Namun karena kita adalah manusia yang memiliki hati nurani, maka kesalahan itu dibedakan menjadi banyak tingkatan. Bukankah Tuhan juga membuat Neraka yang bertingkat untuk berbagai kesalahan yang diperbuat?

Sejak ribuan tahun yang lalu, yang dijadikan tiang pegangan adalah peraturan yang disepakati menurut adat, kultur budaya serta norma didalam masyarakat. Abad ke-17 sebelum Masehi, Raja Hammurabi yang merupakan Raja Babilonia yang ke-6 (atau ke-7) seingat saya, telah membuat prasasti peraturan yang menjadi hukum di kerajaannya. Dan sejak saat itu, tata aturanlah yang menjadi tongkat sebuah hukuman yang menjadi bagian dari penegakan aturan dilakukan. Seringkali kita yang merasa pernah berbuat "baik" berharap dimaklumi dalam kesalahan yang kita buat. Dan menjadi tersinggung bila kesalahan kita diangkat ke permukaan. Wajarkah demikian?

Sebaik-baiknya manusia pastilah pernah melakukan kesalahan. Dan bila kesalahan itu merugikam orang/pihak lain, maka kita harus mau menerima kritikan bahkan hukuman atas perilaku tersebut, walaupun demikian, seringkali orang baik dianggap khilaf dalam melakukan kesalahannya sehingga lebih dapat dimaklumi. Demikian dengan orang yang berduit, uang tidak menyelesaikan semua masalah, termasuk dalam berbuat kesalahan. Namun kadang uang membantu bila terjadi kerugian materi. Tetapi ini tetap tidak dapat dibenarkan bila hanya karena uang maka dimaklumi saja kesalahannya. Dan seringkali dalam sebuah perihal ganti rugi, kerugian diganti dengan materil dan moril yang diakibatkan oleh kerugian tersebut. Dan kerugian moril yang ditimbulkan bisa jadi tidak mampu dinilai dengan uang.

Kalau begitu saya memilih yang bagaimana? Saya memilih membenarkan orang yang benar. Dalam keseharian kita, seringkali kita bertemu dengan manusia lainnya. Dan bila kita diberikan tanggung jawab dalam suatu hal tertentu, khususnya sebagai pimpinan dari suatu hal, gesekan dan permasalahan pasti selalu terjadi. Orang yang baik adalah orang yang memberitahukan letak kesalahan orang lain dan memastikan bahwa orang tersebut paham dan tau cara yang benarnya bagaimana. Bila kita membiarkan/mendiamkannya, maka kita akan mempengaruhi keseluruhan organisasi yang sudah berusaha melakukan semua hal dengan benar. Orang baik dan orang yang berduit (menghasilkan duit) belum tentu selalu benar, kecuali mereka memang melakukan hal yang benar. Kebijakan kita mungkin tidak populis dan bisa jadi menimbulkan ketidakpuasan. Namun selama itu adalah kebenaran yang sudah dibuktikan sendiri, Tuhan akan menyertai kita mendapatkan kebaikan dalam menjalankan kebenaran.

Pintu maaf harus selalu dibuka oleh setiap manusia kepada siapapun. Karena semua manusia pasti masih bisa melakukan kesalahan. Namun ini bukan berarti bahwa setelah dimaafkan, posisi yang termaafkan akam tetap sama didalam hati dan pikiran kita. Apalagi bila hal ini menyangkut kerugian bagi pihak lain atau menyalahi aturan atau sesuatu yang bernilai fatal. Tidak ada satupun manusia yang kebal dari aturan, ini akan menjadi tidak adil bagi manusia lainnya. Sehingga si pemohon maaf harus menyadari pula konsekuensinya sebelum dia melakukan kesalahan. Karena kesalahan itu terjadi hanya karena dua hal, yang pertama adalah dia tidak tahu apa yang dilakukan dan yang kedua adalah salah dalam melakukannya. Bila kedua hal ini sudah dijelaskan dan masih melakukan kesalahan, maka itu berarti pihak yang melakukan kesalahan lalai dan menyepelekan hal tersebut.

Saya percaya semua manusia bisa melakukan semua hal, yang dipertanyakan adalah kemauannya. Kalau dia serius mau, maka kesalahan itu akan terjadi dalam angka yang minimal. Bukam berulang-ulang dan rutin terjadi. Semoga setiap manusia menyadari hakikat kehidupannya, bahwa mereka adalah bagian dari puzzle manusia lainnya. Dan bila mereka memutuskan untuk seenaknya, maka kerugian akan terjadi dipihak lainnya yang bisa jadi selain tidak diharapkan, juga bila kepekaannya kurang, maka tidak akan disadari olehnya.

Semua manusia bisa merasa benar, tapi tanyakan kepada diri masing-masing apakah sudah benar-benar "benar" apa yang kita lalukan? Ataukah hanya karena menuruti hal yang tidak sepantasnya diikuti. Semoga berkah berlimpah dalam setiap jalan yang kita lalui setiap harinya, semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Gorontalo, 16 Jan 2017
Irfan utamin

Senin, 09 Januari 2017

God Will Always Found You!!!

Yess, i believe that! God Always Find You, He has GPS on every man/women even when GPS didn't be found yet....

Ada kalanya dalam kehidupan kita, kita merasa sendiri dan hopeless (tidak punya harapan). Perasaan itu akan pergi dan datang sesuka hatinya (kayak niru lagu ya....) bahkan disaat kita sedang dalam sebuah keramaian. Bila kita tidak dalam kondisi mentally drop, paling kita akan cepat-cepat memupus bayangan tersebut and keep go on with our life. Tapi ada juga disaat dimana kita tiba-tiba membayangkan seseorang yang sudah tidak bersama kita lagi, sedang dalam kondisi yang misserable karena patah hati atau karena sedang dalam kesusahan, malah kita tambah terpuruk kebawah.

Manusia kebanyakan akan berdoa, meminta pertolongan dan bantuan bahkan seringkali menjanjikan sesuatu, bila berhasil. Istilahnya nyoba-nyoba nyogok nih, seakan-akan Tuhan mempan disogok (dan kadang ketika impian tersebut dipenuhi, mikirnya beneran nih Tuhan makan sogokan. Jadinya terus-terusan melakukan hal yang sama). Tetapi ada manusia yang bener-bener lupa untuk berdoa karena sangkin lamanya dia nggak pernah melakukannya sama sekali. Dan ada perasaan takut apakah bila dia berdoa, doanya tidak diterima karena Tuhan sudah lupa dengan dia, atau kuatir bila Tuhan tidak mencintai dia seperti yang dia butuhkan, atau dia bahkan tidak kenal siapa itu Tuhan.

Bagi saya, pertolongan Tuhan itu bener-bener nyata. Siapalah saya ini yang mengais kehidupan dan seringkali jauh dari ajaran-Nya bisa memiliki kehidupan yang penuh dengan berkat hari ini. Tuhan selalu menyediakan udara segar untuk dihirup, menyediakan air segar untuk diminum, siang dan malam untuk bekerja dan istirahat, orang tua yang terbaik yang bisa diberikan kepada saya untuk membimbing saya menjadi saya yang saat ini, rumah untuk ditempati, tubuh yang utuh untuk menopang saya secara keseluruhan, otak yang bekerja dengan baik, semua indra yang berfungsi, tanah untuk dijalani, langit untuk dinikmati :)

Tuhan selalu buka jalan dan membantu dalam setiap langkah berat yang saya lalui. Dan bila hari ini belum sesuai dengan apa yang saya harapkan, bukan berarti Tuhan lupa dengan saya. Tapi Tuhan sedang menunggu saat yang tepat untuk saya bermekar. Spring always come after a Winter, even a very hard winter will always followed by a very nice Spring. Just believe that because God never forget every man/women that He created. He has a very professional GPS to track us down. And when the time come, He give everything that He can give to us.

Saya ingat sebuah materi tentang "Seberapa Pantas" dimana Seorang bayi tidak akan diberikan tanggung jawab seorang kanak-kanak. Seorang kanak-kanak tidak mungkin diberikan tanggung jawab seorang remaja, dan seorang remaja tidak akan diberikan tanggung jawab seorang dewasa. Tagline sebuah iklan rokok berkata "Tua itu pasti, Dewasa adalah pilihan" kira-kira begitulah gambarannya. Tuhan kiatir tanggung jawab besar yang kita pikul akan melukai orang-orang disekeliling kita, dan yang terparah melukai diri kita sendiri. Seringkali saat kita berdoa dan terselip pertanyaan "mengapa", mungkin disaat itulah kita harus sadar bahwa Tuhan tidak bisa menjawab kita karena "layer" dan batasan yang kita buat dengan Tuhan terlalu jauh. Kita yang menjauhinya, dan kita yang melakukan kesalahan, tapi Tuhan tidak menghukum kita ketika bahkan kita terang-terangan menyalahkan-Nya.

Kita yang menghukum diri kita sendiri. Tuhan TIDAK BUTUH DIPUJI ATAUPUN DIPUJA, tetapi Tuhan tidak melarang bila kita ingin melakukannya. Penguasa alam semesta, langit, bumi dan laut serta semua kekayaannya tidak akan jatuh hanya karena tidak dipuja bahkan kehilangan seseorang yang pernah diciptakan-Nya. Tetapi ibarat orang tua, Tuhan selalu ingin tahu bagaimana kabar kita hari ini. Walaupun Tuhan mampu melihat, maha tahu dan maha luar biasa, tetapi kita yang mengendalikan diri kita. Sudahkan kita berterima kasih dengan apa yang dilimpahkan kepada kita? Sudahkah kita berbagi dengan sedikit orang-orang yang Tuhan titipkan untuk kita "lihat" disekeliling kita? Ataukah mata dan hati kita tertutup untuk memikirkan diri sendiri?

Hari ini sudah 9 hari lewat sejak tahun 2017 dimulai. Bagaimanakah kita menjalani 9 hari ini? Sudahkah kita membuat hal-hal yang baik untuk sekeliling kita dan bukan hanya terpaku pada diri kita sendiri? Semoga tahun 2017 ini menjadi luar biasa penuh dengan limpahan berkah bagi kita semua yang terus berusaha. Semoga sukses selalu dan mencapai titik tertinggi dalam kehidupan kita :)

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta,
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia :)

Gorontalo, 9 Januari 2017
Irfan Utamin

Senin, 05 Desember 2016

Tuhan TIDAK PERNAH TERTUKAR dalam memberikan berkat

Selama perjalanan saya kali ini, saya bertemu, berbicara dan mendengarkan pengalaman berbagai orang yang saya temui langsung maupun tidak. Yang luar biasa adalah semua kisah itu mengerucut kepada satu bagian yang sama dalam kesimpulan saya. Sehingga saya merasa seakan Tuhan ingin menegur saya dalam kehidupan saya lewat kawan, sahabat, teman, kenalan, postingan FB dan kisah sukses yang setiap paginya selalu saya baca untuk memulai hari saya.

Yup, saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah tertukar dalam memberikan berkat. Tuhan selalu sayang kepada orang yang tulus dan tidak hanya memikirkan isi perutnya sendiri. Tuhan akan memberikan apa yang Tuhan bisa berikan agar si "corong berkat" mampu menggenapi apa yang Tuhan mau, yaitu menghidupi orang-orang disekelilingnya.

Semua orang yang saya temui bercerita ketika mereka mengalami kesulitan dan yang luar biasanya dalam ketulusan mereka Tuhan memberikan berkat walaupun disaat-saat terakhir yang terlihat kurang bisa dipercaya.

Ada seorang karyawan yang tulus bekerja selama bertahun-tahun namun seakan "tidak terlihat" karena pekerjaannya yang selalu beres dan tepat waktu. Tidak pernah mengeluh dan tidak pernah berkurang semangatnya walau dalam kondisi kesusahan. Tuhan memberkatinya dengan memberikan penerangan kepada atasannya dan suatu waktu yang bersangkutan dipercaya untuk memegang perusahaan cabang dikota lain hingga hari ini. Yang bersangkutan tepat 15th dipercaya sebagai pimpinan cabang dan target perusahaan tidak pernah meleset karena selain berdoa, yang bersangkutan selalu memikirkan bagaimana agar anak buahnya selalu mendapatkan pendapatan yang cukup dan tidak kekurangan, walaupun dia sendiri sudah sangat berkecukupan.

Ada seorang Ibu rumah tangga yang dipercaya oleh teman-teman arisan dan ibadahnya untuk mengelola keuangan mereka. Dengan tulus dia mencarikan cara agar uang tersebut "berbuah" dengan seijin bersama. Ini karena ada beberapa kawannya yang dicerai maupun ditinggal mati suami mereka. Hari ini dana tersebut telah menjelma menjadi sebuah perusahaan "berkecukupan" dengan omzet milyaran perbulannya.
Ada seorang pengusaha yang berkali-kali jatuh bangun karena setiap kali berada diatas, yang diinginkan hanyalah kenyamanan bagi dirinya sendiri. Tidak pernah memikirkan apa yang terjadi pada bawahannya. Hingga suatu waktu yang bersangkutan saat kesulitan, dibantu oleh mantan karyawan lamanya yang sudah sukses, yang sebelumnya pernah dibantu olehnya saat mengalami kedukaan. Dia kemudian berpikir bahwa bila hanya sedikit kebaikan dapat membuat efek yang luar biasa bagi orang lain, maka bagaimana dengan banyak melakukan kebajikan? Sehingga sejak itu dia terus berbuat kebajikan apapun yang mungkin dilakukan. Tuhan kemudian memberikan banyak kemudahan dan berkat sehingga saat ini beliau lebih sukses dibandingkan yang sebelum-sebelumnya.

Tuhan tidak pernah keliru memberikan berkat, tidak pernah ada kisah "berkat yang tertukar". Hanya seringkali manusia kebanyakan tidak mau bersyukur dengan berbagi pada sesama. Tidak mau memikirkan orang lain, tidak mau membantu orang lain. Masalah kemudian bantuan itu diterima, bantuan itu berhasil atau bantuan itu tepat guna/sasaran, itu bukan lagi bagian kita saja. Tetapi bagian yang akan dilakukan oleh si penerima bantuan dengan seijin Tuhan.

Dengan kita perhitungan terhadap berkat kita selama ini, terus menerus menghitung hutang orang lain bahkan yang sekecil-kecilnya kepada kita akan membuat kita bahagiakah? Membuat kita bertambah kayakah? Membuat berkat kita bertambah banyak?

Saya pernah mengalami kejatuhan, dan sayangnya saat itu banyak orang yang memilih menjauh dari saya. Bantuan datang dari orang-orang yang tidak saya duga, tidak saya perhitungkan. Saya menerima dengan senang hati kemudian berusaha melakukan sesuatu disekeliling saya walaupun tidak luar biasa. Ada saat dimana saya merasa berjalan sendiri dalam kegelapan, ketika apa yang saya inginkan tidak mampu terwujud bukan karena ketidak mampuan, tetapi karena ketidak pedulian orang yang ingin saya bantu.
Tuhan tidak menganjurkan kita menjatuhkan diri kita kebawah dan kemudian "merayap bersama" dengan orang-orang yang ingin kita bantu. Tetapi Tuhan menganjurkan kita mengulurkan tangan, membersihkan tubuhnya dan membantu mereka berdiri diatas kaki sendiri.

Saya pernah ditipu oleh orang-orang yang saya bantu, rasanya kecewa sekali ketika kita diperdaya. Apakah kemudian kita akan berkurang berkatnya ketika orang-orang tidak berbudi itu berhasil memeprdaya kita? Tentu saja tidak. Sekali lagi karena Tuhan tidak pernah tertukar dalam memberikan berkat-Nya. Kalau kita berhasil ditipu oleh orang lain, bukan karena mereka hebat dalam memperdaya. Namun karena kita terlalu mempercayai mereka yang sayangnya, tidak pantas mereka terima.

Dalam beberapa tahun terakhir saya berkesempatan melihat beberapa orang yang saya sebutkan diatas. Mereka tidak bersyukur dengan apa yang mereka punya, dan mereka selalu mencari jalan untuk membenarkan apa yang pernah mereka lakukan. Tuhan sekali lagi tidak pernah tertukar memberikan berkat. Bagaimana bisa Tuhan memberikan berkat kepada mereka yang setiap ada kemungkinan selalu berusaha menjatuhkan orang lain?

Saya bersyukur akan hari ini, akan apa yang pernah terjadi dalam kehidupan saya. Kalau boleh memilih, saya ingin menyembuhkan luka dan kekecewaan saya dan menjadi manusia positif "sempurna". Sayangnya itu tidak mungkin dan akan menjadi tidak bijak. Tuhan sedah memilihkan jalan terbaik bagi saya untuk srmua yang sudah lewat. Semua itu adalah berkat yang membuat kita semua mampu berdiri kembali hari ini. Tuhan masih sangat luar biasa percaya bahwa kita akan hidup dalam kebenaran-Nya dan membantu-Nya menggenapi apa yang terjadi dikemudian hari. Bahkan hanya sebuah senyum mampu menyelamatkan sebuah nyawa hingga sebuah peperangan.

Terima kasih Tuhan, Kong Tjo Thian Kung, Yang Mulia Para Sinbeng dan Para Buddha & Bodhisatva atas semua pencerahan dan pancaran berkah Dharma yang mulia. Semoga dikemudian hari kita mampu menjadi manusia yang lebih bijaksana dan terus berjalan dalam kebenaran :)

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta
Pertama Kali Terbit 11 November 2016 - Kaoshiung, Taiwan - Undangan Kunjungan Taiwan Tourism

Berkat ada disepanjang perjalanan :)

Pada hari yang sangat cerah, kaca pembesar yang paling kuat pun tidak akan membakar kertas jika kita terus menggerakkan kaca. Tapi jika kita fokus dan menahannya, kertas pun terbakar. Itulah kekuatan konsentrasi.

Seorang pria sedang bepergian dan berhenti di sebuah persimpangan. Ia bertanya kepada seorang pria tua, “Ke mana jalan ini membawa saya?”
Orang tua itu bertanya, “Ke mana tujuan Anda?”
Pria itu menjawab, “Saya tidak tahu.”
Orang tua itu berkata, “Kalau begitu Anda bisa lewat jalan mana pun. Apa bedanya?”
Benar. Ketika kita tidak tahu ke mana kita pergi, semua jalan akan membawa kita ke tujuan kita.

Antusiasme tanpa arah arah, seperti api dan menyebabkan frustasi. Tujuan memberikan arah. Mungkinkah kita duduk di kereta api atau pesawat terbang tanpa tahu ke mana tujuan kita? Jawaban yang jelas, tentu saja tidak. Lalu mengapa ada orang yang menjalani hidup tanpa memiliki tujuan?

Kadang banyak yang heran ada orang "kecil" yang tidak disangka-sangka menjadi orang "besar". Saya nggak percaya bahwa itu sekedar keberuntungan semata (selama itu bukan lotre, undian dan segala sesuatu yang berbau demikian).

Saya pernah mendengar ada seorang ibu penjual makanan dikantin sekolah yang kecil mampu menyimpan uang sehingga bisa naik haji, saya juga pernah mendengar ada pengusaha besar dan sukses yang masa kecilnya susah dan miskin. Banyak orang membicarakan mereka, bahkan ada yang mengulas dalam sebuah tulisan entah di koran setempat bahkan skala Nasional dan International. Massa merasa takjub dengan hal-hal demikian, karena mereka menunjukkan kebahagiaan yang akhirnya mereka capai tanpa disangka-sangka, well, tanpa disangka-sangka oleh orang disekelilingnya. Tapi saya percaya pastinya sudah disangka oleh pelakunya sendiri, mereka yang mendapatkannya karena mereka sudah berjuang dan disiplin sangat keras untuk mencapai hari akhirnya mereka mendapatkan hal yang mereka mau.

Seorang ibu penjual makanan dikantin yang disiplin dan gigih impiannya pasti nggak akan boros-borosan mengeluarkan uang untuk hal yang tidak perlu, minimal sampai dia selesai mengumpulkan biaya yang cukup untuk memenuhi impiannya. Dan mungkin bukan hanya sekedar itu, tapi juga diluar pekerjaan tetapnya sebagai penjual dikantin, dia masih menerima catering kecil-kecilan atau usaha sampingan lainnya.
Seorang anak miskin dan susah hidupnya yang mengerti impiannya pasti tidak akan bermalas-malasan disekolah, dia akan menikmati belajar dan sedapat mungkin menggunakan waktu yang dia punya untuk belajar. Setelah remaja kemudian membantu mencari pemasukkan tambahan untuk biaya sekolahnya, mencari kesempatan beasiswa dan sebagainya. Mengambil semua kesempatan yang ada yang memungkinkan untuk mencapai masa depannya.

Hidup tanpa tujuan sama seperti kayu lapuk yang terombang-ambing disungai. Terserah arus sungai dia akan dibawa kemana, tersangkut dimana dan hancur dimana. Semuanya tanpa rencana, tanpa usaha dan tanpa berbuat apa-apa, hanya mengikuti alur kehidupan, lahir, remaja seperti kebanyakan orang, dewasa, menikah, tua dan mati. Tidak meninggalkan jejak kehidupannya sama sekali bagi manusia lainnya, bahkan bagi keturunannya nanti.

Orang yang tepat berada ditempat yang tepat akan menghasilkan hal-hal luat biasa. Permasalahannya adalah tempat yang tepat itu selalu ada dimana-mana, hanya apakah kita bisa belajar menjadi orang yang tepat untuk menghasilkan sesuatu yang besar seperti impian kita.

Impian setiap orang berbeda-beda dan tidak dapat dipastikan, tapi sewajarnya setiap orang harus punya impian untuk dicapai. Kalau tidak, dimanapun kita berada hanya akan menjadi sekedarnya saja. Karyawan yang sekedarnya, pengusaha yang sekedarnya, aparat negara yang sekedarnya, guru yang sekedarnya, anak yang sekedarnya, ayah-ibu yang sekedarnya, dan semua lainnya yang sekedarnya saja. Apa enaknya menjalani hidup yang serba sekedarnya?

Impian harus diputuskan, target harus dikejar, hidup harus berbahagia, ibarat filosofi China tentang Fuk Luk Shou, Rejeki-Bahagia-Umur Panjang. Ketiga-tiganya adalah kesuksesan, mau sukses dalam rejeki, mau sukses dalam kebahagiaan atau mau sukses dalam umur yang panjang semua harus diusahakan. Tidak ada uang jatuh didepan rumah tanpa dicari sama sekali, tidak ada keluarga-anak-cucu bahagia karena tanpa usaha sama sekali, dan tidak ada umur panjang yang karena unsur "Hoki", mau sehat artinya harus olah raga, hehehehe.

Orang antusias tanpa tujuan ibarat pertandingan sepakbola tanpa Gawang. 22 orang berlarian kesana-sini tanpa tujuan, hanya menghabiskan waktu, tenaga dan akhirnya menjadi frustasi. Tidak menarik bagi yang menonton, bahkan akan menjadi tidak menarik pula bagi pemainnya.
Jadi, Ibarat slogan iklan "kutahu yang kumau", maka harus demikianlah hidup kita. Sehingga suatu saat bila kita menoleh kebelakang, kita akan puas dengan semua record yang telah kita buat sepanjang kehidupan kita.

Happy weekend, semoga hari ini menjadi lebih baik lagi daripada kemarin. 

Semoga kita siap menerima semua berkat yang dikirimkan hari ini kepada kita semuanya :D
Pertama Kali Terbit 19 November 2016 Facebook a.n Irfan Wu Kwang Fuk

Minggu, 08 Maret 2015

Katak Tuli Dan Pikiran Positif

Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil yang menggelar lomba lari,
Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.
Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan
perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta.

Kemudian perlombaan dimulai, Secara jujur tak satupun penonton benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil ini akan bisa mencapai puncak menara.

Dari bangku penonton kemudian mulai terdengar suara-suara kecil yang berbisik-bisik,

“Oh, jalannya terlalu sulitttt!!"
"Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak”
"Panitia bego, tantangannya terlalu sulit, pasti niatnya agar nggak ada yang memenangkan pertandingan"
“Tidak ada kesempatan untuk berhasil, Menaranya terlalu tinggi…!!"
"Taroan ya, dijamin pasti nggak ada yang bisa berhasil kesana"
"Kasian katak-katak muda itu kemakan tipuan perlombaan"
"Hahaha, coba liat yang itu... yang itu juga... masih semangat-semangat, kita liat berapa lama ya...."
"Hadiahnya apa sih sampai mau-maunya ikutan lomba beginian?"
"Bah, parah kali tantangannya!!!"

Suara-suara yang tadinya hanya sekedar berbisik mulai menjadi suara yang keras dan mulai terdengar kearah lintasan perlombaan. Katak-katak yang tadinya memiliki keyakinan dalam dirinya dan dengan semangat berusaha mencari kemenangan mau tak mau mendengarkan pembicaran-pembicaraan tersebut. Dan kemudian yang sudah diprediksi akhirnya terbukti, Katak-katak kecil itu mulai berjatuhan satu persatu.

Sebagian besar katak berjatuhan dibawah, kemudian setengahnya lagi berjatuhan dikaki puncak karena melihat puncaknya yang tinggi. Sampai disini penonton mulai ramai membicarakan kembali ketidak percayaan mereka bahwa ada yang bisa menang. Tertinggal beberapa ekor saja yang masih semangat melompat untuk mencapai puncak. Namun karena tingginya puncak tersebut, maka sebagiannya lagi mulai bertumbangan. Kembali para penonton bersuara sumbang, dan kali ini tidak tanggung-tanggung, mereka bahkan jelas-jelas menyuruh agar para peserta mundur saja daripada terluka.

Tersisa 1 ekor saja yang tetap semangat dan tidak peduli dengan apa yang dikatakan para penonton diarea tribun maupun sekeliling perlintasannya. Para penonton mencemooh betapa mereka tidak percaya bahwa dia akan menxapai puncaknya, bahwa tidak lama lagi dia akan berhenti dan tidak melanjutkan perlombaannya, toh semua lainnya sudah tumbang, tertinggal dia seekor saja.

Namun katak kecil tersebut tetap semangat, dia tetap tidak peduli. Ketika tinggal sebentar lagi mencapai garis finish, para penonton mulai bersorak. Mereka berkata yang sebaliknya,
"Tuh kan, aku bilang juga apa, pasti dia akan berhasil..."
"Nah, ada satukan minimal yang berhasil.... AYO... KAMU PASTI BISAAA!!!"
"Wah, memang dari pertama aku udah yakin hanya dia aja yang bisa berhasil. Liat kakinya bengkok sedikit. Itu tandanya katak sukses pemberani"
"Nah, akhirnya aku benar kan, nggak mungkin nggak ada satupun yang berhasil!"
"Nah, kalo tasi kita taroan, pasti aku menang. Aku sudah yakin bahwa dia pasti berhasil"
"Panitiannya memang pinter, sengaja buat efek psikologis sampai-sampai hanya 1 yang berhasil"
"Tapi emang mudah sih ya, katak-katak lain cemen banget sih nggak finish"

para penonton yang tadi mencemooh berbalik 180 derajat dengan kata-kata yang sebelumnya sebaliknya. Mereka kemudian memberikan sorak sorai dan semangat kepada si satu katak terakhir. Tapi katak tersebut tetap tidak peduli, dia tetap melompat hingga mencapai puncaknya. Ketika dia mencapai finish, sorak sorai bergema dan tepuk tangan terdengar dari bawah hingga keatas. Namun sekali lagi si katak seakan tidak peduli.

Akhirnya penghargaan pun diberikan, semua kataknpeserta lainnya ingin tau bagaimana katak ini bisa melakukannya, bisa mencapai puncak, padahal setengah lebih jatuh sebelum menaiki bukit, setengahnya lagi seperempat jalan, dan sisanya setengah jalan ke puncak.

Seekor peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan? Namun katak tersebut tidak merespon. Sampai diantara kerumunan penonton keluar seekor katak setengah baya dan memeluk katak yang memenangkan perlombaan.

katak setengah baya ini kemudian menjelaskan bahwa ternyata katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!

Kata bijak dari cerita ini adalah:
Betapa dalam perjalanan hidup kita seringkali kita bertemu dengan manusia-manusia negatif. Mereka bukan orang-orang jahat, tetapi mereka suka berbicara hal yang negatif baik terlihat maupun tidak terlihat. Baik bermaksud maupun sekedar guyonan.

Seringkali mereka adalah teman curhat, Sebuah hubungan bisa putus hanya karena curhat kepada orang yang salah, curhat hanya dapat membantu memberikan pandangan. Bukan keputusan. Karena setiap manusia berada dalam "sepatu"nya masing-masing. Bagaimana kita melihat kehidupan orang lain secara pasti dan merasa bahwa kita benar, karena apa yang kita pikirkan adalah dari pengalaman serta ukuran kepribadian dan ketahanan diri sendiri terhadap masalah, tekanan, hambatan maupun cobaan.

Penonton akan selalu lebih pintar daripada pelaku. Itu mengapa pada permainan sepakbola jarang sekali komentatornya yang merupakan pemain terkenal ataupun legendaris. Para pensiunan legendaris memilih jalan menjadi pelatih, penonton pasif, pemegang saham klub liga ataupun penasehat klub. TIDAK MENJADI KOMENTATOR!!!

Begitupun dengan orang-orang yang memiliki jiwa sukses, mereka tidak akan lemah terhadap suara-suara disekelilingnya. Mereka percaya penuh pada apa yang mereka pilih. Bila mereka ingin mencari nasihat ataupun solusi, mereka akan bertemu dengan pakarnya, bukan pada bincang-bincang arisan maupun cangkru'an warung kopi walaupun hal itu kadang bisa menjadi pembuka dalam sebuah hubungan yang serius selama bertemu dengan orang yang tepat.

Bila hari ini kita belum mencapai target dalam pekerjaan kita masing-masing, mungkin karena kita tidak yakin dengan apa yang bisa dihasilkan dari pekerjaan kita. Ada banyak alasan untuk mencapai dan sebaliknya ada banyak alasan juga sehingga targetnya tidak tercapai. Pertanyaannya apakah setiap saat kita terus melakukan hal maksimal untuk mencapai target impian kita? Kesuksesan ibarat lomba lari, dimana kita berhenti, selama kita tidak berpaling, maka kita akan lebih dekat kepada garis finish. Entah mau dicapai dalam sekian menit seperti pelari profesional, sekian puluh menit, sekian jam, sekian hari, sekian bulan, sekian tahun, garis finishnya tidak berubah. Namun apakah kita mau berlama-lama di posisi stagnan? Tidak maju maupun mundur? Hanya berdiam menunggu keajaiban garis finish yang mendatangi kita? MUSTAHIL!!!

Suara-suara sumbang disekeliling kita juga membuat kita ragu-ragu dengan kemampuan diri sendiri. INGAT!!! TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIA MENURUT YANG TERBAIK, MERENCANAKAN YANG TERBAIK, dan bila hari ini kita diberikan jalan oleh Tuhan, maka saya percaya bahwa setiap person, setiap jalan, setiap langkah itu adalah jodoh dan rencana-Nya. Tidak boleh sama sekali meragukan Tuhan dan rencana-Nya. Masalahnya manusia seringkali lebih percaya teman curhat daripada Tuhan.

Mungkin karena bila curhat kepada Tuhan seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mungkin karena Tuhan tidak secara fisik membelai dan menghibur manusia, mungkin karena manusia butuh pembenaran dan rasa simpati, padahal Tuhan tidak pernah mengajarkan agar manusia mencari simpati. Tuhan mengajarkan manusia untuk menjadi tegar dan menyelesaikan tugas serta cobaan yang diberikan, menjadi berkat bagi orang lain.

Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan
negatif ataupun pesimis, karena mereka akan mengambil sebagian besar mimpimu dan menjauhkannya darimu. KARENA HANYA TUHAN DAN DIRI SENDIRI yang mampu membuat sesuatu menjadi nyata. Tuhan merencanakan, manusia melakukan maksimal dan Tuhan mengijinkan hal tersebut tercapai dalam hidup kita.

Bagian mana yang paling sulit dalam langkah menuju sukses? Bagian memposisikan pikiran positif! Pikiran ibarat air yang mengalir kemana-mana, semakin rendah tempat dia mengalir maka akan semakin cepat sampai. Air membutuhkan dorongan untuk naik keatas, ibarat air tanah yang menggunakan pompa. Bila kita ingin airnya keluar, maka kita harus terus memompa tanpa berhenti. Sesaat kita berhenti, maka airnya turun kembali dan berhenti mengalir. Demikian dengan pikiran, bila kita ingin selalu positif, jaga pikiran kita, pompa terus agar pikiran-pikiran positif terus naik dan dekatkan diri kita dengan orang-orang positif, buku positif serta perilaku yang positif. Karena segala sesuatu yang kita dengar dan kita baca bisa mempengaruhi perilaku kita.

Tetaplah selalu POSITIVE!

Dan yang terpenting:
Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa
menggapai cita-citamu!

Selalu berpikirlah I can do this!

HAPPY SUNDAY, SEMOGA BERKAT BERLIMPAH DALAM SETIAP JALAN YANG KITA LALUI KITA, SEMOGA KITA BISA MENCAPAI YANG TERBAIK DARI DIRI KITA DAN MENCAPAI PUNCAK KESUKSESAN :)

SABBE SATTA BHAVANTU SUKKHITATTA :)

Kamis, 14 November 2013

Tuhan itu baik dan Maha Kaya serta Pemurah

Seorang anak memberitahu ibunya kalau sesuatu tidak berjalan seperti yang ia harapkan. Ia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota.

Saat itu, ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya. Dengan senang hati, anak itu berkata, “Tentu saja, aku suka kue.”

“Nah, sekarang cicipi mentega ini,” kata ibunya menawarkan.
“Yaiks,” ujar anaknya.

“Bagaimana dengan telur mentah?”
“Ah, Ibu bercanda nih..”

“Mau mencoba tepung terigu atau baking soda?”
“Bu, semua itu kan tidak enak dan menjijikkan!”

Lalu sang ibu menjawab, “Ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi, jika dicampur jadi satu melalui sebuah proses yang benar, maka akan jadi kue yang enak.”

Kadang kita bertanya dalam hati dan menyalahkan Tuhan, “Apa yang telah saya lakukan kok saya harus mengalami semua ini?” atau “Kenapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi pada saya?”

Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya mengapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dengan rancanganNya, agar menjadi sempurna tepat pada waktunya.

Catatan:
Seringkali kita selalu merasa SUDAH MELAKUKAN KEHIDUPAN ini dengan maksimal, namun seringkali pula semua yang kita dapatkan belum sesuai dengan harapan kita.

Seorang teman bijak saya pernah berkata:
Kadang kita heran dengan kehidupan orang yang tidak pernah berubah padahal "terlihat" sudah bekerja dengan sangat keras. Tapi mungkin saja Tuhan belum bisa mempercayakan kepadanya hal-hal yang besar termasuk dengan kehidupan yang "besar" dikarenakan hal-hal yang tidak "terlihat" oleh kita.

- Orang itu mungkin jujur, tetapi dia sering mengeluh, sehingga Tuhan khawatir bila mempercayakan kehidupan yang besar kepadanya dia tetap tidak bisa berucap terima kasih.
- Orang itu mungkin baik, tetapi tidak cukup keras meyakini bahwa hari ini berkat akan berlimpah kepadanya, sehingga Tuhan khawatir apabila memberikan berkat yang besar maka dia tidak akan berusaha lebih keras lagi karena terlalu dimanjakan.
- Orang itu mungkin ramah, tetapi tidak cukup tulus dalam melakukan sesuatu, selalu menghitung berapa banyak yang akan dia dapat. Sehingga Tuhan merasa bahwa dia belum pantas diberikan hadiah atas apa yang dia lakukan.
- Orang itu mungkin cerdas tetapi tidak cukup menggunakan kecerdasannya untuk berusaha lebih giat, sehingga Tuhan khawatir dan menyiapkan berkat selangkah darinya untuk menunjukkan bahwa dengan melangkah maka berkat itu akan turun padanya.

Saya percaya kita semua orang yang beragama dan percaya akan kebesaran Tuhan, percaya bahwa Tuhan itu pemurah, Tuhan itu pengasih, Tuhan maha kaya dan maha penyayang. Sehingga TIDAK MUNGKIN Tuhan akan meletakkan kita dalam kondisi menggenaskan dan sengaja menghukum kita.

Sayangnya mungkin sekali sebagian diantara kita adalah orang-orang yang seperti disebutkan diatas. Mulailah berubah hari ini, bersyukur setiap saat, melakukan semua yang terbaik sehingga berkat itu datang kepada kita. Jangan mengeluh dan melakukan sekedarnya saja, karena hari ini tidak pernah akan kembali lagi. Tidak ada orang yang akan diberikan reward atas hal-hal yang biasa dia lakukan, setiap manusia harus berdiri lebih tinggi untuk menunjukkan bahwa dia pantas dihargai lebih daripada orang kebanyakan.

Semoga kita semua penuh dengan limpahan berkah hari ini, sehingga dalam setiap jalan yang kita lalui akan penuh dengan taburan kesuksesan.

Irfan Utamin